.:[Double Click To][Close]:.

KEEP MOVING FORWARD

Stephen R. Covey dalam bukunya The 8th habit mengatakan: “Memori bersifat lampau, sudah berlalu, dan terbatas; sedangkan visi adalah masa depan, dan tak terbatas. Visi lebih besar daripada sejarah, lebih besar daripada beban kita, lebih besar daripada luka nestapa emosi kita di masa lampau.” Tapi kebanyakkan orang lebih cenderung memilih hidup dalam ingatan daripada menetapkan langkah untuk maju ke depan.

Kadang saya bertanya pada diri saya sendiri, “Adakah cara untuk melupakan masa lalu? Melupakan seseorang, atau suatu hal yang tak ingin dikenang?” Dan tentunya hingga kini saya belum menemukan jawabannya. Andaikan otak saya adalah sebuah memory komputer yang dengan mudah men-delete hal yang tak diinginkan, sehingga dengan begitu ingatan yang ada dalam otak saya hanyalah hal-hal indah dan menyenangkan. Tapi mengapa saya harus terpuruk dalam bayang-bayang masa lalu, jika masa depan terbentang luas bagaikan samudera tak bertepi? Hanya waktu yang dapat menghapus kenangan. Namun ada kenangan yang begitu kuat, entah itu pahit atau manis yang waktu atau diri kita sekalipun tak dapat melenyapkannya, tak perduli seberapa keras usaha kita. Adalah merupakan hal yang ironis; Semakin kita ingin melupakan semakin kita tak bisa melupakan.

Tuhan menciptakan dunia ini dengan begitu indah. Bukan berarti di dalamnya hanyalah pohon-pohon yang rindang, pegunungan yang megah, bunga-bunga bermekaran, sungai tenang yang mengalir, melainkan juga padang pasir yang tandus, jurang yang terjal, lautan yang bergelombang. Tak dapat dikatakan pagi yang cerah jika tak ada pagi yang mendung berawan. Tak dapat dikatakan keindahan jika tak ada ketidakindahan. Bagaimana kita dapat membandingkan mana yang cantik dan mana yang jelek jika semua gadis di dunia ini mirip rupanya? Sebuah baju dapat dikatakan high-quality karena ada pembanding yaitu baju yang low-quality. Artinya semua yang ada di dunia ini saling bersinergi, membentuk satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Begitupun juga dengan pikiran kita. Ada 2 kutub yang terdapat di dalamnya; negatif dan positif. Kutub negatif adalah semua pemikiran, memory atau ingatan yang melemahkan mental kita dan kutub positif adalah yang sebaliknya. Tergantung kita ingin mencenderungkan pikiran kita ke kutub mana. Saat melihat, mendengar, merasakan hal-hal yang menyakitkan, menyedihkan maupun mengecewakan, apa yang kita save pada memory otak kita? Manusiawi untuk kecewa pada saat mengalami kegagalan. Kita tak mungkin berbahagia apabila kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita kasihi. Hanya bagaimana paradigma kita, bagaimana kita me-manage pikiran kita untuk mencenderungkannya ke kutub positif tersebut.

“Kegelapan malam menambah kegemerlapan bintang.” Setiap hal buruk yang terjadi, seharusnya memperkuat sisi positif diri kita. Orang sering mengatakan; “Lupakanlah masa lalu, pandanglah ke depan.” Bagaimana kita bisa melupakan masa lalu yang merupakan bagian dari diri kita? Tak ada cara untuk melupakan, dan memang tak perlu untuk melupakan. Karena tawa akan lebih berarti jika di dahului oleh isak tangis. Sukses akan lebih terasa jika diawali oleh sejuta kegagalan. Pengalaman dan kenangan yang menyakitkan kemarin akan membuat kebahagian esok hari yang sempurna. Jadi, mengapakah kita membenci hal-hal yang akan menambah arti hidup kita?

Masa depan yang tak terbatas sedang menanti. Tetapkan langkah, visi, dan tujuan untuk dicapai. Create your own dream. Mimpi, harapan, cita-cita adalah untuk masa depan yang melampaui kesakitan, penderitaan, dan kesuraman masa lalu. Sebesar apa mimpi anda? Sebesar apa cita-cita anda? Anda sendiri yang akan menentukannya. Tidak ada garis yang membatasi lingkup visi anda. Masa lalu tidak berhak menghalangi usaha anda untuk mewujudkannya. Rencanakanlah masa depan anda sebesar, sesukses, seindah yang anda inginkan. Majulah dengan tidak bertangguh untuk mencapai semua harapan, maka kepastian sedang berada di depan anda, menunggu tuk diraih.