.:[Double Click To][Close]:.

Kisah Nabi Yusuf AS

Nabi Yusuf AS adalah salah satu dari 12 orang putra Nabi Yaqub AS. Nabi Yusuf merupakan putera ketujuh (ada sumber mengatakan anak kesebelas) Nabi Yaqub AS dimana Ibu Nabi Yusuf adalah Rahil. Dari Pernikahan Rahil dengan Nabi Yaqub juga di lahirkan Bunyamin, adik Nabi Yusuf. Rahil, Ibu Kandung Nabi yusuf meninggal saat Nabi Yusuf berumur 12 tahun.
Nabi Yaqub sangat sayang kepada Nabi Yusuf A.S. Rasa sayang Nabi Yaqub yang berlebihan terhadap Nabi Yusuf ini membuat saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.
Suatu hari Yusuf bermimpi tentang 11 bintang, matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujud di depannya. Ia menceritakan mimpinya ini kepada ayahnya. Ya’qub sangat gembira mendengar cerita itu dan menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang mewah bagi putranya.
Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membunuh Nabi Yusuf.
Salah satu dari mereka menyarankan agar jangan membunuhnya, tetapi membuangnya jauh-jauh ke dalam sumur, agar ia tidak bisa kembali kepada ayahnya. Tetapi Yahudza, anak lelaki keempat dari Nabi Yaqub dan yang paling tampan dan bijaksana di antara mereka tidak setuju dengan rencana pembunuhan itu karena membunuh itu adalah dilarang.
Maka, demi menghalau Nabi Yusuf, dia merencanakan untuk mencampakkan Nabi Yusuf ke dalam sebuah ’sumur tua’ yang terletak di persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dagang dan para musafir beristirahat. Dengan itu, kemungkinan Nabi Yusuf akan diselamatkan dari sumur tersebut dan di bawa oleh siapa saja untuk dijadikan budak.
Akhirnya pun rencana mereka buat. Saudara-saudara Nabi Yusuf meminta izin pada Nabi Yaqub untuk membawa Nabi Yusuf pergi bersama mereka, dan oleh Nabi Yaqub diizinkan. Dalam perjalanan, Nabi Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh saudara-saudaranya. Baju Nabi Yusuf Mereka koyak-koyak dan mereka lumuri darah kambing. Kemudian saat pulang, dengan wajah sedih mereka menyampaikan berita pada ayah mereka bahwa Nabi Yusuf telah tewas dimakan serigala.
Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Nabi Yusuf kemudian ditolong oleh seorang kafilah yang lewat di tempat tersebut. Ia kemudian dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak hingga akhirnya dibeli oleh keluarga pembesar Mesir yang bernama Kitfir. Wajah Nabi Yusuf yang sangat tampan itu membuat istri pembesar yang bernama Zulaikha terpikat.
Suatu ketika pada saat suami Zulaikha tidak ada di rumah, Zulaikha yang tidak tahan melihat ketampanan Nabi Yusuf akhirnya kalah dengan hawa nafsunya dan menggoda Nabi Yusuf untuk melakukan perbuatan tidak senonoh, akan tetapi Nabi Yusuf menolak ajakan tersebut sehingga Zulaikha Marah. Sementara kejadian itu berlangsung, suami Zulaikha datang dan Zulaikha malah memfitnah Nabi Yusuf dengan mengatakan bahwa Nabi Yusuf telah berlaku yang tidak senonoh terhadapnya.
Pembesar itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Nabi Yusuf tiba-tiba bayi yang ada di sekitar tempat itu berbicara dengan fasihnya. Bayi itu mengatakan bahwa jika kemeja Nabi Yusuf robek di bagian depan maka Nabi Yusuflah yang bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di bagian belakang, maka Zulaikhalah yang bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek adalah kemeja bagian belakang Nabi Yusuf. Dengan demikian Nabi Yusuf pun selamat.
Berita tentang kejadian ini kemudian menyebar di masyarakat luas. Zulaikha yang merasa malu karena menjadi pembicaraan orang lalu mengundang istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya makanan yang enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah. Ketika mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Nabi Yusuf keluar. Ketika melihat wajah Nabi Yusuf, karena begitu terpesonanya mereka, tanpa sadar para wanita itu mengiris jari-jari tangan mereka sendiri. Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat pada Nabi Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Nabi Yusuf untuk menerima keinginan Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri adalah wanita yang sangat cantik.
Mendengar itu, Nabi Yusuf AS berdoa agar tetap diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina, Nabi Yusuf AS dimasukkan ke dalam penjara.
Saat Nabi Yusuf AS di penjara, suatu hari dua orang teman sepenjaranya bercerita kepadanya tentang mimpi yang mereka alami. yang pertama adalah kepala tukang pembuat minuman bernama Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras anggur untuk membuat arak. Orang kedua adalah kepala tukang roti bernama Malhab, Dia bermimpi bahwa dia memikul roti di atas kepalanya, tetapi kemduian kepalanya itu dimakan oleh burung-burung.
Nabi Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata kepada kedua orang itu, “Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah, engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan aku dengan terpaksa aku mengatakan bahwa engkau akan dihukum mati dengan cara disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Demikian putusan Allah sebagaimana yang aku terangkan, dan itu pasti terjadi karena aku tidak berbicara sembarangan melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi kalian berdua.”
Semua yang diramalkan Nabi Yusuf benar-benar terjadi, dan kepala minuman akhirnya menerima kebebasannya. Saat ia akan keluar, Nabi Yusuf berpesan kepadanya agar ia menceritakan kepada Raja perihal keadaan dirinya. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa menyampaikan pesan Nabi Yusuf kepada sang Raja, dan mengakibatkan Nabi Yusuf harus tinggal di penjara beberapa tahun lagi.
Pada suatu hari, Sang Raja mengalami mimpi yang sangat menggelisahkan dan menakutkan dirinya. Ia lalu mengumpulkan dukun-dukun dan orang-orang pintar untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya. Ia berkata, “Sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus, dan aku bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7 batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jika kalian mampu menafsirkannya.”
Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar mimpi raja ini. Mereka merasa bingung dan memberikan jawaban yang tidak memuaskan dengan mengatakan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia hanya berupa impian yang kacau dari raja dan tidak memiliki makna apa-apa, disamping mereka sebenarnya memang tidak memiliki pengetahuan perihal penafsiran mimpi.
Saat itu kepala tukang minuman mendengar Rimpi raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang pintar itu. Ia pun teringat kembali pada Nabi Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu, “Aku sanggup memberitahu kalian tentang arti dari mimpi ini, karena di dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf. Aku dan kepala tukang roti pernah ditahan bersamanya. Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka setuju mengirimkan aku kepada Yusuf, maka aku akan membawa penafsiran dari mimpi ini.”
Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu kepada Nabi Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Nabi Yusuf dan menceritakan sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Nabi Yusuf, ia pun mengutarakan maksud kedatangannya.
“Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering. Berilah fatwa kepadaku hai Yusuf tentang hakikat mimpi ini, supaya aku memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan, barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu.”
Nabi Yusuf pun mulai menerangkan arti mimpi raja. Bukan hanya itu, ia menerangkan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti mimpinya. Ia berkata, “Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya’ir, kemudian hasil panenannya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang dibutuhkan saja. Setelah itu akan datang 7 tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya dapat digunakan sebagai bibit untuk tahun-tahun berikutnya. Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan datang satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan seperti anggur dan zaitun.”
Kepala tukang minuman segera menyampaikan tafsir mimpi yang telah diterangkan Nabi Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan untuk memanggil Nabi Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci. Akan tetapi Nabi Yusuf enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan menyelidiki persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu tentang sebab-sebab penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.
Permintaan Nabi Yusuf ini kemudian disampaikan oleh utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Nabi Yusuf memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang justru merayu Nabi Yusuf. Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya.
Dengan demikian keluarlah Nabi Yusuf dari penjara dengan diri yang bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Raja kemudian juga merehabilitasi namanya di masyarakat. Allah telah mentakdirkan kezaliman yang selama ini diterima oleh Nabi Yusuf berganti dengan kemuliaan.
Kebenaran tentang Yusuf telah menambah kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri yang mengurusi berbagai masalah ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah balasan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh.
Takwil mimpi yang telah diterangkan Nabi Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Nabi Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya. Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri Palestina dimana keluarga Nabi Yusuf tinggal.
Nabi Yaqub AS. dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya’ir.
Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Nabi Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Nabi Yusuf bahwa itu adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan kondisi Nabi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno.
Nabi Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya’ir bagi mereka dengan takaran yang dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka bersiap-siap akan pergi, Nabi Yusuf berkata, “Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka aku tidak akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya.”
Mereka pun berkata, “Kami akan membujuk ayah kami supaya beliau mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melaksanakan perintahmu.”
Ketika mereka hendak berangkat pulang, Nabi Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya’ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa senang dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya.
Saudara-saudara Nabi Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan tentang kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin jika nanti mereka hendak kembali ke Mesir.
Rupanya setelah ditinggalkan oleh Nabi Yusuf, Nabi Yaqub sangat berduka. Setiap hari ia menangis sampai matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Nabi Yusuf ini, Nabi Yaqub tidak mempercayai mereka. Namun mereka terus membujuk dan mengatakan bahwa jika Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan makanan lagi dari menteri Mesir itu. Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.
Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati Nabi Yaqub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Nabi Yaqub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu agar tidak menarik perhatian.
Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Nabi Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia mengatakan padanya bahwa ia adalah Nabi Yusuf, saudara sekandungnya. Ia menceritakan tentang apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.
Nabi Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf akan pulang, Nabi Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Nabi Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta.
Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Nabi Yusuf kemudian bertanya, “Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?”
Mereka menjawab, “Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Nabi Yaqub.”
Maka mulailah Nabi Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.

Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Nabi Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, “Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini.”
Tentu saja yang mereka maksud adalah Nabi Yusuf sendiri. Nabi Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya.
Menurut riwayat, tatkala Rahil ibu Nabi Yusuf pergi bersama Nabi Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahil maupun orang lain, karena Rahil telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.
Ketika Nabi Yaqub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Nabi Yusuf dan dibuat mainan lantaran ia menyerupai boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah sebabnya Nabi Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu.
Saudara-saudara Nabi Yusuf memohon padanya agar Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
Maka Nabi Yusuf pun menjawab, “Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim.”
Saudara-saudara Nabi Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, “Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil.”
Namun Nabi Yusuf berkata, “Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang.” Akhirnya saudara-saudara Nabi Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Nabi Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil.
Nabi Yaqub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah SWT dan percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya itu.
Nabi Yaqub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Nabi Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan mereka kemudian kembali ke Mesir. Kepada Nabi Yusuf, mereka memohon belas kasihannya agar ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan dengan harapan Nabi Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup.
Timbul rasa iba dalam hati Nabi Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera. Kemudian ia memanggil Bunyamin, lalu berkatalah Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Nabi Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Nabi Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur? Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita.”
Mendengar perkataan Nabi Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Nabi Yusuf.
Dengan berdebar-debar mereka bertanya, “Apakah engkau Yusuf?”
Nabi Yusuf menjawab, “Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin.”
Maka saudara-saudara Nabi Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang dada, Nabi Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Nabi Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia dapat melihat kembali.
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Nabi Yaqub dapat merasakan keberadaan Nabi Yusuf dan segera mengetahui bahwa Nabi Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah.
Akhirnya Nabi Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Nabi Yaqub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Nabi Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.
Melihat ini, Nabi Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, “Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku.”